Rabu, 23 Agustus 2017

7 Penyakit Ini Bisa Dicegah Dengan Imunisasi

Kementerian Kesehatan meminta semua anak untuk mendapatkan vaksinasi, salah satunya adalah vaksinasi rubela bebas ginjal gratis untuk mencegah campak dan rubella. Presiden Indonesia Joko Widodo juga membantu mengimunisasi rubela tanpa ukur pada Selasa (1/8).

Pernyataan Jokowi diterima dari keterangan pers Kementerian Kesehatan. Ia hadir di acara MR Imunisasi di MTsN 10 Yogyakarta, Selasa (1/8).

"Dari hari ini kita akan memberikan perlindungan terhadap satu penyakit lagi, rubella, jadi anak-anak kita akan terlindungi dari sembilan penyakit," kata Jokowi.

Jokowi menyatakan, Indonesia telah berhasil mewujudkan sebuah komunitas yang bebas dari cacar, polio dan tetanus di masa lalu. Jadi dia berharap pemerintah bisa membebaskan orang dari penyakit lain di masa depan.

Imunisasi, kata Jokowi, dapat memberikan perlindungan terhadap berbagai penyakit yang dapat mempengaruhi anak-anak.

Melalui imunisasi www.sehat-ituaku.com, diklaim bahwa sembilan penyakit berikut dicegah:

1. Tuberkulosis (TBC)

Penyakit yang menyerang paru-paru ini juga disebut tuberkulosis atau diketahui tuberkulosis yang disebabkan oleh bacillus Mycobacterium tuberculosis. Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 2015, Indonesia termasuk di enam negara yang memiliki banyak kasus tuberkulosis.

Salah satu cara untuk mencegah TB adalah vaksinasi BCG. Vaksinasi hanya sekali pada anak di bawah dua bulan. Injeksi biasanya dilakukan pada lengan kanan atau paha.

2. Campak

Salah satu imunisasi yang bisa diberikan pada anak adalah imunisasi campak untuk mencegah campak. Biasanya imunisasi ini diberikan dua kali seperti pada anak-anak dari sembilan bulan sampai enam tahun.

Dosis yang diberikan pada imunisasi ini sekitar 0,5 mililiter. Namun, jangan heran jika anak akan mengalami demam setelah diberi suntikan. Sebenarnya, ini umum karena reaksi terhadap obat-obatan terlarang.

Rubella Campak

Saat ini, banyak orang masih bingung dengan vaksinasi campak dan vaksinasi campak untuk melindungi anak-anak dari penyakit campak Jerman. Apakah vaksinasi terhadap campak berlebihan jika dilakukan dua kali?

Vaksin MR diberikan kepada anak-anak 9 bulan sampai 15 tahun. Pasokan vaksin tidak akan mempengaruhi anak meski sudah menerima vaksin campak tadi.

4. Difteria

Difteri adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae yang menyerang selaput lendir hidung dan tenggorokan. Meski nampaknya sepele, namun penyakit ini bisa mengancam kelangsungan hidup seseorang.

Untuk pencegahan penyakit seseorang harus mendapat imunisasi DPT. Imunisasi dilakukan lima kali dari anak-anak dari dua bulan sampai enam tahun. Seorang anak akan disuntik pada usia dua bulan, empat bulan, enam bulan, antara 18-24 bulan dan lima tahun terakhir.

Imunisasi yang memberikan efek samping seperti demam ringan, pembengkakan injeksi, kemerahan pada kulit dan rasa sakit di sekitar suntikan, kelelahan dan rewel.

5. Batuk rejan

Batuk rejan atau yang biasa dikenal dengan pertusis adalah penyakit yang menyerang sistem pernafasan dan menyebabkan batuk parah. Anak-anak di bawah satu tahun penyakit ini disebut dapat mengalami pneumonia, kerusakan otak, kejang dan bahkan kematian.

Seperti difteri, anak-anak harus mendapat imunisasi DPT. Lima kali suntikan yang diberikan pada anak telah ditembus dalam pencegahan batuk rejan.

6. Tetanus

Seperti difteri dan pertusis, pencegahan penyakit tetanus dilakukan dengan imunisasi dengan DPT.

Tetanus disebabkan oleh bakteri dan biasanya menyebabkan kelumpuhan, kejang, dan kekakuan otot. Namun, tetanus bukanlah penyakit menular.

7. Polio

Penyakit ini paling sering didengar oleh masyarakat saat hendak mengimunisasi. Polio termasuk sebagai salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus di saluran cerna dan tenggorokan.

Pencegahan penyakit ini dilakukan dengan imunisasi terhadap poliomielitis pada usia kurang dari lima tahun. Imunisasi biasanya dilakukan dengan cara tetes atau mulut (OPV) dan injeksi (IPV).

IPV diberikan empat kali untuk anak-anak dua bulan, empat bulan, enam bulan sampai 18 bulan, diikuti oleh dosis pendorong pada usia empat sampai enam tahun. Sementara itu, OPV diberikan pada anak usia 0-59 bulan.